Ketaatan Sayyidatuna Fatimah kepada suaminya Sayyidina Ali menyebabkan Allah SWT mengangkat darajatnya.
Allah berfirman :
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 134)
Ilustrasi - Fatimah Az Zahra |
Ketaatan Sayyidatuna Fatimah kepada suaminya Sayyidina Ali menyebabkan Allah SWT mengangkat derajatnya.
Sayyidatuna Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarga mereka, tidak juga dia meminta-minta hingga menyusahkan suaminya, meski begitu, kemiskinan tidak menghalangi Sayyidatuna Fatimah untuk selalu brsedekah.
Beliau tidak sanggup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Beliau tidak rela hidup senang di kala orang lain menderita, bahkan beliau tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri kelaparan.
Pernah suatu hari Sayyidatuna Fatimah telah membuat suaminya terusik hatinya dengan kata-katanya, menyadari kesalahannya Sayyidatuna Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali, melihat air muka suaminya tidak juga berubah maka sayyidatuna Fatimah berlari-lari seperti anak kecil mengelilingi suaminya tujuh puluh kali dia 'tawaf' sambil merayu-rayu mohon untuk dimaafkan.
Melihat tingkah laku istrinya itu tersenyumlah sayyidana Ali dan lantas memaafkan isterinya itu.
Rasulullah SAW memberi nasihat kepada puterinya itu saat perkara ini sampai ke telinga beliau: "Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau meninggal sedangkan suamimu Ali tidak memaafkan mu, maka aku tidak akan mensholatkankan jenazahmu"
Subhana Allah ........
Lalu bagaimana dengan kita dzuriyahnya ......?
Begitulah yang ditetapkan Allah SWT mengenai kedudukan suami sebagai pemimpin bagi seorang isteri
Betapa seorang isteri itu perlu berhati-hati disaat berhadapan dengan suami, padahal apa yang dilakukan sayyidatuna Fatimah itu bukanlah suatu kesengajaan.
Bagaimana bila kita sengaja .....?
______________
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Agung ini dan semoga para istri bisa menjadi pakaian yang baik bagi suami dan para suami bisa menjadi pakaian yang baik bagi istri.
Amin
Sayyidatuna Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarga mereka, tidak juga dia meminta-minta hingga menyusahkan suaminya, meski begitu, kemiskinan tidak menghalangi Sayyidatuna Fatimah untuk selalu brsedekah.
Beliau tidak sanggup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Beliau tidak rela hidup senang di kala orang lain menderita, bahkan beliau tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri kelaparan.
Pernah suatu hari Sayyidatuna Fatimah telah membuat suaminya terusik hatinya dengan kata-katanya, menyadari kesalahannya Sayyidatuna Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali, melihat air muka suaminya tidak juga berubah maka sayyidatuna Fatimah berlari-lari seperti anak kecil mengelilingi suaminya tujuh puluh kali dia 'tawaf' sambil merayu-rayu mohon untuk dimaafkan.
Melihat tingkah laku istrinya itu tersenyumlah sayyidana Ali dan lantas memaafkan isterinya itu.
Rasulullah SAW memberi nasihat kepada puterinya itu saat perkara ini sampai ke telinga beliau: "Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau meninggal sedangkan suamimu Ali tidak memaafkan mu, maka aku tidak akan mensholatkankan jenazahmu"
Subhana Allah ........
Lalu bagaimana dengan kita dzuriyahnya ......?
Begitulah yang ditetapkan Allah SWT mengenai kedudukan suami sebagai pemimpin bagi seorang isteri
Betapa seorang isteri itu perlu berhati-hati disaat berhadapan dengan suami, padahal apa yang dilakukan sayyidatuna Fatimah itu bukanlah suatu kesengajaan.
Bagaimana bila kita sengaja .....?
______________
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Agung ini dan semoga para istri bisa menjadi pakaian yang baik bagi suami dan para suami bisa menjadi pakaian yang baik bagi istri.
Amin
...
COMMENTS