Politisi Partai Bharatiya Janata (BJP) Kapil Mishra. Kerusuhan yang pecah di Delhi timur dan sekitarnya sejak Ahad, 23 Februaru 2020 ber...
Politisi Partai Bharatiya Janata (BJP) Kapil Mishra. |
Kapil Mishra (39), dikenal karena kerap blak-blakan menyampaikan pandangannya. Dia berasal dari kasta tinggi masyarakat Hindu dan keturunan politikus. Dia juga pernah bekerja di Amnesty International dan Greenpeace, dan naik pangkat di salah satu organisasi politik paling progresif di India.
Tetapi beberapa tahun lalu dia terjun ke politik dan menjadi anggota Partai Bharatiya Janata (BJP), partai berkuasa di India saat ini, yang memiliki akar yang kuat dalam ideologi supremasi Hindu.
Pada Minggu, dia muncul dalam sebuah kampanye melawan pengunjuk rasa (didominasi perempuan) yang menentang UU Kewarganegaraan Baru India yang dinilai diskriminatif terhadap Muslim. Dalam kesempatan itu dia menumpahkan kemarahannya dalam pidato berapi-api dimana dia mengeluarkan ultimatum kepada polisi: bubarkan pengunjuk rasa yang memblokir jalan utama, atau dia dan pengikutnya akan melakukannya sendiri.
Dalam beberapa jam, kekerasan terburuk Muslim-Hindu di India dalam beberapa tahun ini pecah. Kelompok Hindu dan Muslim saling serang dengan golok dan pentungan, toko-toko terbakar, pecahan batu bata melayang di udara, dan gerombolan massa mengeroyok orang-orang yang terpojok.
Banyak warga India, termasuk Hindu, meyakini Mishra dan pendukung nasionalis Hindunya menyulut api kebencian. Di negara mayoritas Hindu itu, dengan pemerintahan nasionalis Hindu yang mengizinkan pembunuh Muslim tak dihukum, ketakutan tumbuh bahwa ekstremisme Hindu yang kejam dapat lepas kendali.
"Kapil Mishra harus ditangkap," kata pengusaha Rupesh Bathla yang mengaku mengenal Mishra sejak mereka remaja.
"Dia memulai kerusuhan komunal. Dia menanam kebencian di hati orang-orang," lanjutnya, dikutip dari The New York Times, Kamis (27/2).
Tidak ada tindakan polisi
Sampai Jumat sedikitnya 37 orang tewas, berdasarkan keterangan pejabat rumah sakit, dan korban meninggal terbanyak karena luka tembak. Beberapa saksi mata mengatakan tembakan langsung datang dari arah petugas polisi, dan korban meninggal termasuk Hindu dan Muslim.
Walaupun bangunan milik warga Hindu dibakar, kerusakan jauh lebih berat dirasakan masyarakat Muslim. Di wilayah Muslim, toko-toko dirusak dan pasar dibakar. Puluhan penduduk Muslim menuding polisi hanya berdiri tanpa tindakan saat terjadi perusakan.
"Secara keseluruhan, kerusuhan Delhi pekan ini mulai terlihat seperti pogrom (serangan besar-besaran terhadap kelompok tertentu), seperti (kerusuhan) Gujarat 2002 dan Delhi 1984," kata Ashutosh Varshney, Direktur Pusat Asia Selatan Kontemporer Universitas Brown.
"Gerombolan massa memulai kekerasan biadab sementara polisi memalingkan muka, atau bergabung dengan gerombolan, bukannya secara netral mengintervensi untuk menghalau kerusuhan," sesalnya.
Sumber: Merdeka.com
COMMENTS